PENGERTIAN ISLAM
PENGERTIAN ISLAM
Islam (bahasa Arab: الإسلام,  dengarkan) adalah salah satu agama dari kelompok agama yang diterima oleh seorang nabi (agama samawi) yang mengajarkan monoteisme tanpa kompromi, iman terhadap wahyu, iman terhadap akhir zaman, dan tanggung jawab.[1] Islam diestimasi tahun 2020 dianut oleh kurang lebih 1,8 miliar orang di seluruh dunia sehingga menjadi agama terbesar kedua setelah Kristen.[2]
Islam
"Islam" dalam bahasa Arab adalah bentuk kata benda inifinitf kuadri-literal (maṣdar rubā‘ī). Bentuk kata kerja perfek aktif triliteralnya (fi‘l māḍi ṡulaṡī mabnī ma‘lūm) adalah salima (سلم, "selamat"). Arti semantik dari bentuk kuadri-literalnya ini adalah tunduk dan patuh (khadha‘a wa istaslama), berserah diri, menyerahkan, memasrahkan (sallama), mengikuti (atba‘a), menunaikan, menyampaikan (addā), atau masuk dalam kedamaian, keselamatan, atau kemurnian (dakhala fi al-salm au al-silm au al-salām).[3] Semua istilah yang seakar kata dengan “islām” berhubungan erat dengan makna keselamatan, kedamaian, dan kemurnian.[4]
Secara istilah, Islam bermakna penyerahan diri; ketundukan dan kepatuhan terhadap perintah Allah serta pasrah dan menerima dengan puas terhadap ketentuan dan hukum-hukum-Nya.[5] Pengertian “berserah diri” dalam Islam kepada Tuhan bukanlah sebutan untuk paham fatalisme, melainkan sebagai kebalikan dari rasa berat hati dalam mengikuti ajaran agama dan lebih suka memilih jalan mudah dalam hidup.[4] Seorang muslim mengikuti perintah Allah tanpa menentang atau mempertanyakannya, tetapi disertai usaha untuk memahami hikmahnya.[4]
Istilah "Islam" juga dapat diartikan sebagai agama yang diberikan oleh Allah kepada Nabi Muhammad sebagai jalan keselamatan di dunia dan akhirat yang ajarannya dilandasi oleh tauhid dan diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan manusia.[6]
(Ingatlah) ketika Tuhan berfirman kepadanya (Ibrahim), “Berserahdirilah!” Dia menjawab, “Aku berserah diri kepada Tuhan seluruh alam.”إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ ۖ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ —Qur'an Al-Baqarah:131
Islam sebenarnya juga dipakai untuk menyebut keyakinan monoteistik yang diyakini bersama oleh agama-agama samawi (saat ini Judaisme dan Kekristenan); lihat QS al-Maidah ayat 44, QS Ali Imran ayat 67 dan 52.[7] Namun, Islam lebih populer digunakan untuk agama yang dibawa oleh Muhammad sebagaimana terdapat dalam sebuah ayat Alquran yang diturunkan di akhir-akhir masa kenabiannya:[8]
Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu.الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا—Qur'an Al-Ma’idah:3
Iman, millah, dan syariah
Lihat pula: Syariat Islam
Islam dapat juga disebut dengan iman, millah, dan syariah dalam pengertiannya sebagai aturan yang diturunkan oleh Allah melalui para utusan yang mencakup kepercayaan, keyakinan, adab, akhlak, perintah, dan larangan.[9] Agama Islam berdasarkan kewajiban untuk berserah diri dan menunaikan ajarannya disebut islam; jika dilihat berdasarkan kepercayaan terhadap Allah dan yang Dia turunkan, maka disebut iman; karena Islam itu diktatif dan terdokumentasikan, maka disebut millah; dan karena sumber hukumnya adalah Allah, maka disebut syariah.[9]
Syariah, atau syariat, dan fikih adalah dua istilah yang biasa dipakai bergantian, tetapi terdapat perbedaan mendasar di antara keduanya.[10] Syariah adalah hukum yang merujuk langsung pada Al-Qur'an dan hadis.[10] Fikih adalah yurisprudensi Islam yang menggunakan sumber primer, Al-Qur'an dan hadis, dan sumber sekunder (lihat § Sumber hukum dan ajaran Islam).[10]
Muslim
Muslim adalah orang yang memeluk ajaran Islam dengan cara menyatakan kesaksiannya tentang keesaan Allah dan kenabian Muhammad.[11] Bentuk jamaknya adalah muslimin, muslimun, atau umat Islam.
Untuk informasi lebih lanjut, lihat Allah (Islam).
Nama "Allah"
Cara pengucapan nama "Allah" dalam bahasa Arab, yang khususnya dipakai oleh muslim.
Konsep dasar mengenai ketuhanan di dalam Islam dijelaskan dalam satu surah bernama Surah Al-Ikhlas yang hanya terdiri dari empat ayat. Ayat pertama dari surah ini menyebutkan bahwa Tuhan yang Maha Esa bernama Allah. Ayat kedua menjelaskan tentang kemampuan yang dimiliki-Nya sebagai Tuhan, yaitu sebagai tempat meminta segala sesuatu. Kemudian, pada ayat ketiga disebutkan sifat-Nya ialah tidak beranak dan tidak diperanakkan. Ayat keempat juga menyebutkan sifat-Nya yaitu tidak ada sesuatu apapun yang menyerupai-Nya.[12] Dalam ajaran Islam. Allah adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah, memiliki nama-nama terbaik, dan memiliki sifat dan karakter tertinggi.[13] Ajaran monoteisme Islam disebut tauhid, yang didefinisikan sebagai pengesaan Allah dalam hal-hal yang menjadi kekhususan Tuhan dan yang Dia wajibkan.[14] Pengesaan Allah dalam hal-hal kekhususan Tuhan dibagi menjadi dua bahasan: tauhid rububiyah dan
tauhid asma' wash-shifat, sedangkan pengesaan Allah dalam hal-hal yang Dia wajibkan dibahas dalam tauhid uluhiyah.[15]
Tauhid (Monoteisme)
Artikel utama: Tauhid
Dalam tauhid rububiyah, Allah diakui sebagai satu-satunya Rabb (Yang Menguasai), sehingga semua selain Allah adalah ‘abd (hamba/budak/yang dikuasai).[16] Allah adalah Rabb Yang Berkuasa dalam penciptaan, pengurusan, dan kerajaan alam semesta.[17] Allah sebagai satu-satunya Pencipta adalah juga Yang Memberi rezeki, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan, serta Yang Memberi manfaat dan bahaya.[18] Allah yang mengurus segala sesuatu; semua urusan yang Dia tangani adalah kebaikan; dan Allah Mahakuasa terhadap apa yang Dia kehendaki.[18] Dalilnya adalah ayat dalam Alquran, “Segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya.”[Al-A'raf:54][17]
Allah juga diakui memiliki kesempurnaan nama dan atribut (atribut esensial dan atribut aksidental) selain mencipta, mengurus, dan merajai alam semesta; hal ini dibahas dalam tauhid asma wa sifat (keesaan nama dan sifat).[15] Nama dan sifat Allah diketahui melalui dan ditetapkan dengan Alquran dan Sunnah pada makna tersuratnya dan tidak bisa ditetapkan oleh akal semata.[19] Namun, nama dan sifat Allah tidak terbatas; selain dari yang disebutkan dalam Alquran dan Sunnah dirahasiakan dalam ilmu gaib-Nya.[20]
Dalam tauhid uluhiyah, Allah diakui sebagai Tuhan Yang Maha Esa dalam segala bentuk peribadahan dari seluruh makhluk-Nya.[15] Pengakuan Allah sebagai satu-satunya Rabb berkonsekuensi penyembahan makhluk kepada Rabb-nya semata.[21] Ibadah atau penghambaan diri kepada Allah merupakan perbuatan makhluk untuk merendahkan diri kepada-Nya dengan mengerjakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya seumur hidup.[22] Ibadah tidak boleh ditujukan sedikit pun kepada selain Allah.[23] Beribadah kepada selain Allah, meskipun juga menyembah Allah, adalah dosa yang paling besar dalam Islam yang disebut dengan syirik (mempersekutukan Allah), sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:[23]
Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.”وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ —Qur'an Luqman:13
Asmaulhusna
Artikel utama: Asmaulhusna
Allah menjelaskan tentang nama-nama dan atribut-atribut ketuhanan di Quran.[24]
Zikir dan doa
Artikel utama: Zikir dan Doa
Zikir dan doa adalah dua macam ibadah kepada Allah yang secara umum tidak memiliki batasan waktu dan tempat.[25] Zikir secara bahasa artinya mengingat atau menyebut. Secara istilah, zikir mencakup ibadah memuji Allah, mengingat nama-nama-Nya, nikmat-Nya, keputusan dan takdir-Nya, ajaran agama-Nya, serta janji balasan pahala dan ancaman siksa-Nya.[26] Ibadah zikir mencakup zikir hati dan zikir lisan.[27] Zikir bertujuan untuk mewujudkan kesempurnaan peribadahan kepada Allah.[28] Membaca Alquran juga termasuk zikir.[29]
Doa secara bahasa artinya memanggil atau meminta. Secara istilah, doa mencakup panggilan pujian dan permintaan kepada Allah.[30] Setiap muslim diperbolehkan untuk berdoa meminta kebaikan atau berlindung dari keburukan.[31] Allah memerintahkan untuk berdoa kepada-Nya dengan doa-doa yang terdapat di Alquran dan Sunnah.[32] Doa yang tidak terdapat di dalam Alquran dan Sunnah diperbolehkan selain doa yang melampaui batas, seperti meminta agar mengetahui segala sesuatu atau mengetahui hal gaib karena itu merupakan kekhususan Allah.[32]
Komentar
Posting Komentar